Mengenal Biaya Provisi dalam Mengajukan  KPR

     Pada proses pembelian rumah, tidak sedikit orang yang menggunakan metode KPR untuk memiliki rumah hunian. Dalam pengajuan KPR dikenal juga biaya provisi. Apa sih biaya provisi itu? Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut.

     Biaya provisi diartikan sebagai biaya yang dibayarkan kepada pihak bank sebagai balas jasa atau balas budi ketika pengajuan KPR dalam transaksi jual-beli rumah disetujui. Biaya provisi ini biasanya otomatis di potong dari jumlah hutang atau pinjaman yang akan diperoleh. Adapun biaya proisi ini dihitung melalui persentase tertentu dari jumlah kredit. Dengan demikian, biaya provisi termasuk biaya diluar dari cicilan KPR yang ditanggung oleh pembeli rumah dan harus dibayarkan pada bank sebagai timbal jasa. Istilah dari biaya provisi sendiri pasti jarang didengar dan tidak familiar akibat biaya ini sering disebut dengan biaya administrasi.

     Dalam implementasinya, biaya provisi ini berbeda-beda tergantung kebijakan dari bank masing-masing. Biaya provisasi ini umumnya berkisar 1-3% dari keseluruhan biaya kredit. Namun, mayoritas bank menetapkan biaya provisi sebanyak 1% dari biaya pokok kredit dimana harus dilunasi secara langsung pada bank yang sudah menyetujui pinjaman dari Anda. Sebenarnya biaya provisi ini hampir mirip dengan komisi. Apabila provisi merupakan sebuah imbalan yang harus dibayarkan kepada pihak pemberi fasilitas. Sementara itu, komisi adalah imbalan yang dibayarkan sehubungan dengan transaksi dan aktivitas yang sudah mendasari. Oleh karena itu, biaya provisi sering disebutkan sebagai baals jasa dari nasabah bank pada bank karena kredit rumah yang sudah disetujui. Biaya provisi bank ini dapat menjadi pertimbangan bagi calon pembeli rumah ketika membutuhkan dana pembiayaaan KPR. Apabila bank menetapkan biaya provisi yang rendah, maka akan menambah daya tarik untuk melakukan peminjaman.

     Tak tanggung-tanggung, bahkan beberap bank juga ada yang membebaskan biaya provisi dalam transaksi KPR. Hal ini dilakukan untuk menarik pembeli agar mengajukan KPR pada bank penyedia tersebut. Dalam lingkup KPR sendiri, biaya provisi menjadi komponen yang wajib dibayarkan dalam pembelian rumah secara kredit dan dibayarkan tunai satu kali sebelum proses akad berlangsung. Sebagai contoh, apabila Anda mengajukan  KPR rumah senilai Rp 400 Juta, dan bank menyetujui pinjaman KPR tersebut maka Anda harus membayar biaya provisi sesuai kebijakan bank. Jika bank memiliki kebijakan pembayaran biaya provisi sebanyak 1% maka Anda harus membayar Rp 4 Juta sebelum akad pembelian rumah berlangsung. Pembayaran ini dilakukan diluar biaya cicilan sehingga harus dibayar dalam satu kali pembayaran tanpa cicilan. Untuk itu, ada baiknya seorang nasabah yang hendak mengajukan kredit menyiapkan dana-dana tambahan di luar uang muka untuk pengajuan KPR. 

     Dalam pembelian rumah, ada banyak biaya tak terduga diluar DP atau uang muka. Untuk itu, seorang nasabah harus menyiapkan dana darurat yang digunakan untuk keperluan kepengurusan KPR. Biaya ini seperti biaya provisi, biaya administrasi, biaya notaris, dan biaya untuk keperluan pembuatan surat-surat lainnya. Apabila Anda mengajukan KPR dengan dana pas-pasan maka Anda dapat kesulitan di tengah jalan. Untuk itu, Anda dapat menyisakan uang dari DP rumah dengan mengambil tenor yang lebih panjang agar sisa uang muka dapat dijadikan sebagai biaya untuk pembayaran lainnya yang berkaitan dengan pengurusan rumah. Hal-hal semacam ini perlu diperhatikan bagi seseorang yang akan melakukan transaksi jual beli properti. Tanpa pengetahuan yang luas, Anda akan mudah menyesal nantinya karena mengambil keputusan tanpa disertai landasan. Untuk itu, perbanyaklah informasi mengenai dunia properti sebelum melakukan transaksi jual beli agar tidak menyesal di kemudian hari.